"aktifis, kenapa jadi wartawan?" katanya suatu hari. saat itu aku baru terjun menjadi reporter disalah satu harian lokal kalbar.
pernyaannya itu ku jawab dengan senyuman sembari berlalu..dan aku melupakannya.
hingga akhirnya, kemarin (10/12)saat meliput aksi demonstrasi di depan kampusku, aku tersentak..pertanyaan hampir sama itu kembali menggedor kesadaranku.
"kok pilih jadi wartawan sih, kan aktifis?" tanya yang sama dari orang berbeda masih berprofesi sama , ketika dia sadar bahwa diriku sering melakukan hal yang sama dengan apa yang kami liput siang itu.
pertanyaan itu tak ku biarkan berlalu begitu saja seiring senyumku mengembang. dengan sigap ku jawab.
"ada yang salah dengan profesi wartawan? "
-----------------------------------------------------------------
malam ini pertanyaan itu kembali menggedor-gedor otakku. memaksa, menarikku berfikir kembali keputusanku menjadi seorang jurnalis.
namun, dengan tegas aku katankan. menjadi jurnalis pilihan sadarku, hobby sekaligus obsesi. aku sangat menghargai profesiku.
aku hanya ingin dengan penaku, dapat suarakan teriakan mereka yang kelaparan. mereka yang dipasung kebebasannya. mereka yang tak pernah dihargai haknya. mereka yang dirampas tanahnya. mereka yang tak beruntung di negeri kaya ini.
aku hanya ingin dengan penaku, dapat suarakan teriakan mereka yang kelaparan. mereka yang dipasung kebebasannya. mereka yang tak pernah dihargai haknya. mereka yang dirampas tanahnya. mereka yang tak beruntung di negeri kaya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar